Peringatan Hari Guru Nasional di Gorontalo
Pelaksanakan pendampingan pascadiklat penguatan kompetensi kepala sekolah di SMKN 1 Mananggu Kec. Bualemo Provinsi Gorontalo bertepatan dengan hari Guru Nasional ke-77. Sehingga tim pendamping turut serta mengikuti upacara peringatan tersebut yang ditempatkan di halaman Museum Purbakala. Kegiatan upacara ini dirangkaian dengan menggelar Talkshow Museum di Hatiku yang bertema “Guru Sejarah dan Museum Sebagai Sumber Inspirasi dan Kreatif” dihadiri oleh kepala sekolah dan guru-guru SMA/SMK se-Provinsi Gorontalo.
Kepala Dikbudpora Prov. Gorontalo, Dr. Wahyuddin Katili, MT. usai bertindak selaku pembina upacara langsung membuka acara talkshow. Harapan beliau agar dapat menjadikan museum sebagai tempat belajar yang nyaman, menyenangkan bagi peserta didik tanpa menunggu undangan dari pegelola museum. Faktanya selama siswa bosan belajar sejarah, salah satunya karena metode pembelajaran guru yang tidak kreatif. Sistem pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih CBSA (Catat Buku Sampai Abis). Padahal kurikulum merdeka itu menuntut anak untuk bersikap kritis. Hal ini merupakan tantangan bagi guru. Dengan adanya proyek penguatan profil pelajar Pancasila anak akan memberi pengalaman belajar yang bermakna, ungkapnya.
Kepala bidang GTK, Siti Maria Lahidjun, M.Si Selaku moderator mengapresiasi kehadiran tim pendamping (Irlidiya dan Ade Nurfitrah) yang turut hadir menyaksikan acara talksow. Hadir sebagai pembicara, Dr. Helman. M.Hum., Sekretaris Jurusan Sejarah Universitas Gorontalo, beliau mengulas betapa pentingnya belajar sejarah. Bagaimana menumbuhkan sikap patriotisme melalui pembelajaran yang dilakukan di museum. Menjadikannya sebagai tempat melihat masa lalu yang kemudian berproses di masa kini untuk keberlangsungan masa depan.
Berbicara tentang museum sebagai tempat berlangsungnya pembelajaran lanjut pak Helman, menjadi tantangan juga dalam beberapa hal, di antaranya; kelengkapan koleksi, hendaknya ditata berdasarkan periodisasi mulai dari masa kolonial hingga periode tertentu. Memanfaatkan museum sebagai sumber belajar menjadi sarana untuk mengajak siswa keluar dari ruangan 6x7 dengan memberi pengalaman belajar yang baru dan berbeda. Selain itu juga menjadikan sejarah sebagai sesuatu yang real. Sejarah punya efek bukan hanya untuk hari ini tapi juga untuk masa depan. Di samping itu, sejarah juga memuat nilai-nilai. Sejarah membuat kita aware, melakukan mitigasi terhadap hal-hal yang akan menimpa. Sebagai contoh John Katili, seorang lmu geologi telah melakukan penelitian di Gorontalo terkait potensi adayan likuivaksi, gempa, dan banjir yang harusnya melahirkan regulasi yang akan berefek untuk masa depan juga terhadap perbaikan nilai-nilai. Alat bukti apa yang dikatakan di ruang kelas. Intinya pembelajaran sejarah yang terbaik adalah yang terdekat dengan dunia siswa, mengajarkan sejarah lokal, membawa imajinasi siswa kepada hal-hal yang nyata, membelajarkan melalui teknologi, membuat sesuatu sesuai dengan kondisi jamannya.
Berbicara tentang teknologi, Irlidiya (tim pendamping dari balai yang membidangi teknologi informasi dan komunikasi) memberi penegasan sekaligus sharing tentang pembelajaran kreatif yang dapat menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam belajar sejarah melalui penggunaan teknologi. Guru dapat mengemas materi pelajaran sejarah dalam bentuk kuis di kahoot, mentieter,dan aplikasi lainnya. Menvisualkan sejarah melalui tayangan video. Pembelaran inovatif yang dapat dilakukan dengan sentuhan teknologi. Bagaimana memanfaatkan teknologi ketika belajar di museum. Di samping untuk meningkatkan kompetensi 4 C (Critical thinking, Creativity, Communication, dan Colaboration) pada diri siswa. Menciptakan atmosfir pembelajaran yang menyenangkan dalam museum. Misalnya siswa diberi tugas membuat vlog history secara berkelompok lalu mengupload di media sosial; youtube, facebook, twiter, Instagram, telegram, tiktok.
Pembicara kedua, bu Nancy Jafar, M.Pd. Kepala SMAN 1 Botumoito mempertegas bahwa kita hidup dalam sejarah, di mana sejarah itu tidak terbatas dan tidak bertepi. Yang diperlukan menurut beliau adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran sejarah. Museum ini menumbuhkan kesadaran sejarah. Sejarah berada pada tiga dimensi waktu yang bukan hanya sekadar materi hafalan dan mengkonstruk peristiwa. Sejarah itu sesuatu yang pasti. Sejarah pula akan membuat suasana akan hidup. Harus ada sumbernya baik lisan maupun tulisan, yang ditulis secara ilmiah oleh orang yang belajar sejarah, dididik secara akademi sebagai seorang sejarawan.
Kita bisa menyatu karena sejarah, dan bisa pecah karena sejarah. Seorang guru harus bisa memilih dan memilah materi sejarah, karena bukan hanya ingatan historis. Sejarah butuh sumber, bukti, fakta, dan harus literat. Guru sejarah perlu bersinergi dalam mengeksplore sejarah. Sejarah tidak hanya sekadar pengalaman tapi lebih kepada nilai, dan akan selalu aktual serta berpengaruh pada masa depan. Belajarlah sejarah pada pondasi ilmiah yg bisa dipercaya. Menyajikannya dengan menarik, berkesan dan bermakna.
Wakil kepala pengelola museum, memaparkan bahwa museum yang dibangun sejak 2010 dan difungsikan mulai 2015 ini telah memiliki sekitar 500-an jenis koleksi historika yang mengandung nilai sejarah. Program pengelola museum salah satunya melaksanakan jadwal kunjungan bagi peserta didik. Beliau memberikan closing statement bahwa museum merupakan etalase kebudayaan, tempat yang menyenangkan untuk belajar sejarah. Museum hadir sebagai suatu ruang untuk pembelajaran kreatif bagi peserta didik dalam belajar sejarah. Sejarah akan menjadi pelajaran penting bagi kehidupan kita. Mari menjadikan sejarah sebagai guru kehidupan. Jangan pernah melupakan sejarah. Sejarah mencatat bahwa guru adalah pahlawan, dan bangsa yang besar akan selalu menghargai pahlawannya.
Selamat Hari Guru Nasional kepada seluruh pahlawan Pendidikan di seluruh nusantara!
Catatan: Irlidiya (Wisyaiswara KPTK)