Moonsoon Peradaban
Pada awalnya negara-negara kontinental (Amerika, Eropa dan Australia) meyakini evolusi peradaban yang mereka bangun akan menjadi kiblat peradaban dunia, khususnya terhadap negara-negara archipelagic dan land locked country di Asia. Ternyata hipotesis Samuel P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization mengemukakan kemungkinan terjadinya benturan antar peradaban.
Rekonstruksi peradaban humancentrum dibangun sejak terjadinya Revolusi Perancis di barat diikuti oleh revolusi Bolshevick di Timur sampai berakhirnya Era Perang Dingin. Pada saat itu negara-negara di Benua Asia sedang menghadapi pergulatan untuk merebut kemerdekaan dari penjajah.
Dasar pemikiran mashab Anglo Saxon di Eropa, mashab Harvard di Amerika serta mashab Konservatif di Inggris dan Australia digunakan sebagai asas empirik. Dinamika peradaban seperti gelombang imigran, gerakan buruh, iptek serta demokratisasi dan globalisasi menjadi pranata peradaban yang terbangun.
Memasuki abad milenial, peradaban kontinental memasuki enlightment age. Aglomerasi peradaban memang tercipta. Eksistensi peradaban Barat menjadi node bagi peradaban Timur.
Keseimbangan Semu Kawasan
Ekses yang timbul justru ironis. Disatu sisi peradaban Barat justru berubah menjadi stigma peradaban yang mengancam mereka. Ketakutan dan kekhawatiran menghinggapi eksistensi peradaban itu sendiri. Akses sumberdaya diperbesar dan ditumpuk dalam ladang-ladang reservoir melalui bekerjanya mekanisme invinsible hand, aliansi Barat diperkuat dengan menciptakan stigma axis of evil. HAM dikebiri dengan stigma double standard. Iptek dikembangkan ke ruang angkasa melalui stigma next lebenstraum dan seterusnya. Ketakutan alamiah yang timbul akibat melawan hukum alam.
Stigma peradaban terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan kawasan. Sebuah kondisi (double impact) yang muncul akibat strategi standar ganda (double standard) terhadap kawasan yang terciptakan sendiri. Mereka memiliki jumlah penduduk hanya sepertiga penduduk dunia tetapi memiliki akses dan menguasai sumberdaya dua per tiga. Kedaan ini menjadi bom waktu melalui bekerjanya newtonian effect ( bola yang ditekan dalam wadah berair jika kekuatan tekanan mengalami penurunan maka bola itu akan melesat dengan cepat).
Peristiwa 11/9, human bombing, genocide, ecocide, cybercrime, nuclear weapon menjadi momok yang ditimbulkan oleh konvergensi peradaban de facto untuk melawan konvergensi peradaban de jure yang terbangun. Stigma yang kemudian berevolusi menjadi krisis peradaban.
Islam dan Peradaban
Saat ini muncul pemikiran konstruktif untuk keluar dari krisis peradaban Barat - Timur. Pendekatan budaya (culture) dijadikan metode untuk memulai dialog. Inisiasi-inisiasi global dilakukan kearah itu. Baik antar negara maupun antar institusi.
Dunia Islam menjadi fenomena sejak peristiwa 11/9. Pertanyaannya bukan kenapa, sebab dunia islam tidak membenarkan terorisme, melainkan apa, bagaimana dan kenapa dunia islam. Memahami dunia islam adalah memahami peradaban mereka. Peradaban islam adalah rahmatan lil alamin dan amar makruf nahi mungkar. Islam adalah salam kedamaian. Peradaban islam dibangun tidak hanya fisis tetapi metafisis secara selaras seimbang dan serasi. Ia terbangun dengan sebuah komitmen berupa janji terhadap Tuhan, Manusia dan Alam. Manusia Islam meletakkan manusia dan kemanusiaannya pada posisi yang tinggi karena manusia adalah sama di mata Tuhan.
Peradaban islam menghargai kemajemukan dan keseimbangan, apabila salah satunya terganggu maka dunia islam akan berreaksi untuk mengembalikan keposisi imbang. Pranata seperti ini merupakan titik temu antara peradaban islam dan bukan islam. Sebuah opsi untuk keluar dari Clash Civilization.
Pada konteks ini dunia islam sendiri harus melakukan otokritik dengan melakukan hijrah pemikiran dari paradigma lama menuju paradigma baru esensi kemakhlukannya. Bahwa Tuhan mencari persamaan manusia dan menyatukan sedang Setan mencari perbedaan manusia dan mempertentangkan.
Peran Indonesia
Sejarah mencatat bagaimana Indonesia membangun peradaban kebhinekaan melalui episode panjang dan penuh tantangan. Geostrategi Indonesia berada pada posisi silang antar dua peradaban yang berbeda. Kultur kemajemukan masyarakat yang terdiri dari suku-suku, adat istiadat, serta agama yang berbeda. Bentuk geografis yang archipelagic berikut sumberdaya alam yang melimpah sangat rentan untuk pecah.
Peran Founding Father dalam menemukan landas idiil yang sesuai dengan karakter bangsa dan mesin peradaban yang digerakkan oleh kader-kader Lemhanas mampu membawa Indonesia melewati episode penting memasuki Indonesian Chapter II. Sebuah thesis ke Indonesiaan yang demokratis bercirikan masyarakat madani, good governance dan sustainable development.
Eksistensi peradaban kebhinekaan seperti ini mendapat apresiasi tersendiri dari peradaban Barat, sehingga Indonesia dijadikan mitra dialog antar peradaban yang representatif. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam berikut peran Indonesia dalam organisasi negara islam.
Momentum ini perlu disiasati oleh Indonesia sebagai bargaining posisi untuk tidak hanya sekedar menerima, menjalankan peran tetapi juga tegas untuk menjelaskan distorsi peradaban Barat yang salah persepsi. Agar kita semua terhindar dari stigma mereka.
Ketika KH. Agussalim menghadiri Konferensi Meja Bundar, beliau membawa rokok kelobot kemudian dihisapnya saat konferensi berlangsung. “Londo” yang berada di sebelahnya menegur untuk mematikan rokok dengan alasan bukan rokok eropa. Sang Kiai menjawab diplomatis “ …. kalau tembakau yang saya hisap inilah yang mendorong anda menjajah negara kami”. Sebuah energi keseimbangan dalam memainkan peran, mengumandangkan kerinduan akan harmoni peradaban.
Catatan : M.Sufi Zulkarnaen (Pemerhati Sosial Politik – Staf BPPMPV KPTK Kemendikbudristek)