Kisah SMKN 2 Lasalimu Selatan: Pernah Terhenti, Kini Jalan Hanya Miliki Guru Hononer
GOWA - Bagi saya, berkunjung di beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di nusantara bisa menambah deretan pengalaman di dunia pendidikan. Satu contoh menarik ketika bertandang di SMK Negeri 2 Lasalimu Selatan Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara tanggal 27 April 2021. Pagi itu, pukul 06.20 Wita, ditemani pemerhati pendidikan Kota Baubau Bardin dan Dr Zuardin (juga sebagai Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya), saya bersama Rudi sebagai tim penjaringan data link and match BPPMPV KPTK (Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi) bertolak dari Baubau menuju Lasalimu Selatan. Memasuki wilayah Lasalimu Selatan sekitar pukul 09.00 Wita, di sebelah kiri terpampang besar dan jelas gapura yang bertuliskan SMKN 2 Lasalimu Selatan. Disinilah tempat kami berhenti untuk menggali informasi link and match antara SMK dan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). Di sekolah ini, kami disambut hangat Kepala SMKN 2 Lasalimu Selatan Muis SPd beserta 5 orang guru.
Di ruangan pertemuan yang sederhana, di hadapan kepala sekolah dan guru-gurunya, secara singkat saya menjelaskan maksud dan tujuan penjaringan data link and match tahun 2021. Beberapa menit kemudian Muis bercerita kondisi sekolahnya. Dikatakannya, SMKN 2 Lasalimu terbilang masih sangat muda, berdiri tahun 2014. Jika dihitung sejak berdirinya sampai sekarang, SMK ini baru berusia 7 tahun. “Sekolah ini sebelumnya berstatus swasta yang selanjutnya berubah menjadi negeri. Kala itu, Kesehatan dan Teknik Jaringan Komputer (TKJ) merupakan jurusan andalan,” ujarnya.
Kepala sekolah yang baru menjabat tahun 2019 ini sangat menyayangkan SMKN 2 Lasalimu Selatan sempat berhenti tahun 2017 sampai 2018. Penerimaan siswa pun tidak dilaksanakan. Tak diketahui secara pasti, penyebab tidak beroperasinya lagi SMK tersebut saat itu. “Salah satu penyebabnya mungkin karena kekurangan guru produktif. Padahal ketika itu, masih ada siswa yang bersekolah di SMK ini,” kata Muis.
Awal tahun 2019, atas kesepakatan bersama Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara (Disdik Sultra), Muis dan rekan guru melakukan survei persepsi masyarakat Lasalimu Selatan untuk memastikan apakah masyarakat menginginkan sekolah ini dilanjutkan atau ditutup. Hasil survei menyatakan masyarakat masih menaruh harapan besar untuk membuka kembali SMKN 2 Lasalimu Selatan. Rekomendasi ini disetujui Disdik Sultra, dan akhirnya April 2021 keluarlah Surat Keputusan (SK) operasional sekolah. Bulan Mei 2019, penerimaan siswa jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI) mulai dilaksanakan.
“Jurusan NKPI menjadi prioritas karena di daerah ini potensi perikanan tangkap sangat besar. Lasalimu Selatan merupakan wilayah pesisir, masyarakatnya banyak berprofesi sebagai nelayan. Komoditas perikanannya antara lain cakalang dan ikan karang. Hasil tangkapan nelayan biasanya didistribusikan ke Pasarwajo, Baubau, Wakatobi, dan Kendari,” papar Muis.
Saat ini siswa kelas XI berjumlah 20 orang dan kelas X 8 orang. Sebanyak 15 orang guru di sekolah ini masih berstatus honorer. Terdiri dari 4 guru produktif (tata laksana perikanan, permesinan kapal, dinas jaga / penertiban pemakaian tenaga listrik di kapal, dan biologi perikanan) sementara lainnya merupakan guru mapel umum (bahasa inggris, matematika, PPKN, seni budaya, bahasa indonesia, pendidikan agama, sejarah Indonesia, dan kewirausahaan).
Perlu diapresiasi, para guru tinggal di Pasarwajo yang berjarak sekitar 60 kilometer dengan SMKN 2 Lasalimu Selatan. Jika dihitung rata-ratanya, perjalanan mereka dari rumah ke sekolah memakan waktu sekitar 90 menit. “Patut diacungkan jempol, meskipun mereka guru hononer tapi tetap semangat menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik. Semoga BPPMPV KPTK dapat memberi kesempatan pada guru kami untuk mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi. Selain itu kami juga berharap BPPMPV KPTK sebagai perpanjangan tangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat memfasilitasi kerjasama antara SMKN 2 Lasalimu Selatan dengan DUDI. Sehingga SMK kami bisa setara dengan sekolah lainnya,” tutup Muis (***).
Catatan: Al Azhar (Widyaiswara BPPMPV KPTK)