HASIL EVALUASI PELATIHAN PEMBESARAN UDANG VANNAME MENGGUNAKAN MEDIA BIOFLOK
Pada bulan November dari tanggal 2 sampai dengan tanggal 27 November, BPPMPV KPTK merancang Pelatihan Pembesaran Udang Vanname Menggunakan Media Bioflok. Pelatihan ini dilakukan dalam dua pola yakni daring pada tanggal 2 s.d 12 November 2020, dan pelatihan tatap muka pada tanggal 20 s.d 27 November 2020. Kegiatan ini diikuti oleh Bapak/ Ibu guru kompetensi keahlian Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengujicobakan pengaplikasian bakteri probiotik pada teknologi bioflok sebagai media pembesaran udang vanname.
Teknologi Bioflok
Teknologi bioflok merupakan teknologi alternatif dalam budidaya udang yang sedang populer saat ini. BIOFLOK berasal dari kata “BIOS” artinya kehidupan dan FLOCK” artinya gumpalan. Jadi pengertian BIOFLOK adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dll.) yang tergabung dalam gumpalan (flok). Teknologi bioflok pada awalnya merupakan adopsi dari teknologi pengolahan limbah lumpur aktif secara biologi dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme (seperti bakteri). (Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya, 2017).
Teknik ini mencoba memproses limbah budidaya secara langsung di dalam petak budidaya dengan mempertahankan kecukupan oksigen, mikroorganisme, dan rasio C/N dalam tingkat tertentu. Salah satu probiotik yang dapat membentuk bioflok adalah genera Bacillus sp (Aiyushirota, 2009 dalam Dahlan J dkk, 2017).
Bioflok merupakan salah satu teknologi yang mampu mengatasi permasalahan limbah akuakultur, dengan penambahan materi karbon bakteri heterotrof yang mampu mengubah nitrogen anorganik yang berasal dari feses maupun sisa pakan menjadi protein sel tunggal yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan ikan atau udang (Avnimelech, 1999 dalam Riani H dkk, 2012).
Wadah Pemeliharaan
Teknologi budidaya ikan mengalami perkembangan yang sangat pesat, termasuk dalam hal teknologi wadah yang digunakan. Kolam tanah adalah jenis wadah yang paling banyak digunakan, meskipun demikian jenis wadah ini memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat diaplikasikan pada kondisi lokasi tertentu.
Salah satu alternatif wadah yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan terpal. Wadah budidaya yang berbahan terpal terbagi menjadi dua yaitu kolam terpal berupa galian tanah yang kemudian dilapisi dengan terpal dan kolam terpal yang memiliki rangka untuk menahan air.
Keunggulan kolam terpal yaitu dapat dipindahkan dengan mudah ke tempat lain, serta tidak merusak konstruksi lahan sehingga dapat diaplikasikan di halaman rumah (Kemudahan Aplikasi). Bentuk kolam terpal awalnya persegi panjang, atau menyerupai bentuk tambak pada umumnya, awalnya kolam ini digunakan untuk budidaya ikan air tawar, dalam hal ini lele.
Bentuk wadah atau kolam pun berkembang, hal ini dikarenakan adanya permintaan untuk intesifikasi (budidaya secara intensif), oleh karena itu dikembangkan lah Kolam Bioflok. Kolam bundar dipilih karena memiliki keunggulan yang cocok dengan sistem bioflok. Sistem bioflok juga dapat menggunakan kolam bentuk lain seperti kolam persegi panjang, kolam kotak, atau kolam jenis yang lain akan tetapi membuat sistem tidak sempurna sehingga memperbesar potensi kegagalan.
Didalam bioflok air perlu diaduk menggunakan aerator agar kondungan oksigen dalam air menjadi merata dan tinggi. Pada kolam bundar aerator ditempatkan di tengah kolam agar bisa menjangkau keseluruh bagian kolam. Sedangkan apabila menggunakan kolam kotak dan aerator ditempatkan di tengah, oksigen akan sangat sulit menjangkau bagian sudut kolam, sehingga akan terjadi penumpukan amoniak yang dapat menyebabkan ikan atau udang keracunan.
Kualitas Air
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pengelolaan kualitas air. Kualitas air di kolam bioflok menjadi factor utama penentuan keberhasilan budidaya/ pembesaran di kolam bioflok. Hal ini dikarenakan kita diharuskan membuat media pemeliharaan yang kualitas airnya dapat kita kontrol sesuai dengan standar baku kualitas air yang sesuai/ baik untuk pembesaran udang. Berikut standar parameter kualitas air untuk pemeliharaan udang vanname menurut PERMEN KP Nomor: 75, Tahun 2016, Tentang Pembesaran Udang Windu dan Udang Vanname:
No. |
Parameter Air |
Satuan |
Tingkat Teknologi |
|||
Sederhana |
Semi intensif |
Intensif |
Super intensif |
|||
1. |
Suhu |
°C |
28 - 32 |
28 – 31,5 |
>27 |
29 - 32 |
2. |
Salinitas |
g/l |
5 - 40 |
10 - 35 |
26-32 |
26-32 |
3. |
pH |
- |
7,5 - 8,5 |
75 -85 |
7,5-8,5 |
7,5-8,5 |
4. |
Oksigen terlarut |
mg/l |
> 3,0 |
≥ 3,0 |
≥ 4 |
> 4 |
5. |
Alkalinitas (ppm) |
mg/l |
100 - 250 |
100 - 150 |
100 - 150 |
100 - 150 |
6. |
Bahan Organik (maksimal) |
mg/l |
55 |
≤ 90 |
≤ 90 |
≤ 90 |
7. |
Amonia, (maksimal) |
mg/l |
< 0,01 |
≤ 0,1 |
≤ 0,1 |
≤ 0,05 |
8. |
Nitrit (maksimal) |
mg/l |
< 0,01 |
≤ 1 |
≤ 1 |
≤ 1 |
9. |
Nitrat (maksimal) |
mg/l |
0,5 |
- |
- |
0,5 |
10. |
Phosfat (minimal) |
mg/l |
0,1 |
0,1 |
0,1-5 |
≤ 0,01 |
11. |
Kecerahan air |
cm |
30 - 45 |
20 - 45 |
30-50 |
30-50 |
Sumber: PERMEN KP Nomor: 75, Tahun 2016
4 parameter utama yang saling berkaitan yakni Suhu, Salinitas, pH, dan Oksigen Terlarut merupakan faktor utama penentu keberhasilan budidaya udang vanname, salah satu parameter tersebut berada diluar range standarnya, maka akan mengakibatkan pengaruh terhadap parameter kualitas yang lain dan dapat menyebabkan kematian massal udang dalam kolam.
Bakteri Probiotik
Penggunaan probiotik sebagai upaya untuk memperbaiki lingkungan budidaya (tambak/ kolam terpal) dan menekan perkembangan bakteri pathogen (penyebab penyakit) ternyata terbukti dapat membantu mengatasi sebagian permasalahan dalam budidaya udang.
Teknologi probiotik semakin diminati oleh para petambak/pembudidaya karena teknologi ini dianggap yang paling cocok untuk jangka panjang dibanding dengan menerapkan antiseptik, desinfektan maupun antibiotik. Meskipun bahan-bahan tersebut tidak sepenuhnya ditinggalkan.
Probiotik merupakan organisme baik berupa bakteri dan jamur. Probiotik adalah mikroba hidup yang dapat memberikan pengaruh menguntungkan terhadap organisme lain dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroba, saluran pencernaan, dan lingkungan.
Pada awalnya, probiotik digunakan untuk membantu menumbuhkan dan menstabilkan plankton (tidak rutin). Selanjutnya digunakan sebagai pengurai limbah tambak (bioremediasi), menjaga kestabilan dan memperbaiki kualitas air (secara berkala). Probiotik ternyata juga mampu mengendalikan / menekan perkembangan pathogen di dalam ekosistem tambak. Sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit. (secara berkala/rutin dan isidental).
Kandungan mikroorganisme yang kita gunakan dalam media probiotik (Pro Lautan) adalah Lactobacillus sp, Acetobacter sp, Basillus sp, Rhodopseudomonas sp, Nitrobacter sp, Saccharomyces sp., Actinomycetes sp. Organisme tersebut kita peroleh dari isolate murni. Kemudian untuk media tumbuhnya atau prebiotiknya kita. Bahan-bahan pembuat pro lautan diantaranya adalah Nanas (1 kg), Jahe (50 g), Kunyit (50 g), Temulawak (50 g), Gula Merah (50 g), Susu segar (1 liter), Molase (25 g), Dedak (50 g), Mengkudu (200 g). Bahan-bahan tersebut kita pilih sebagai media tumbuh probiotik, dan juga memberikan manfaat bagi organisme diantaranya kandungan vitamin C, protein, sumber karbon dan nitrogen.
Beberapa manfaat probiotik (pro lautan) yang kita aplikasikan diantaranya adalah pakan terfermentasi dengan baik, kemampuang mencerna pakan tinggi, kualitas air stabil, tidak perlu penggantian air, tingkat pertumbuhan tinggi, jarang terkena penyakit dikarenakan system imun baik, meningkatkan SR dan FCR.
Hasil Evaluasi Pembesaran Udang Vanname Menggunakan Media Bioflok
Hasil praktek yang dilakukan oleh para guru di kolam BPPMPV KPTK, beberapa hal yang dapat kita amati dan simpulkan adalah bahwa setelah pengaplikasian probiotik (Pro Lautan) dikolam, dan setelah 5 hari flok terbentuk dengan baik dikolam bioflok, hal ini pertanda bahwa kita mikroorganis (bakteri atau jamur) bekerja dengan baik.
Hal selanjutnya yang dapat diamati adalah parameter kualitas air, yakni Suhu, Salinitas, pH, dan Oksigen terlarut. Berdasarkan dari pengukuran diperoleh rata-rata suhu kolam bioflok berkisar 28 - 30 0C, salinitas berkisar 32 – 35 ppt, pH berkisar 7 – 8, dan Oksigen terlarut berkisar 3,5 – 4 ppm, berdasarkan standar baku mutu tersebut diatas kondisi tersebut dapat ideal atau sesuai untuk pembesaran kualitas air.
Hal yang diperlu diperhatikan berikutnya adalah pemberian probiotik tambahan selama proses pemeliharaan, harus diperhatikan kadar yang sesuai untuk udang. Karena dari dua kali kegiatan penambahan probiotik dengan jumlah yang sama saat pengaplikasian diawal berdampak buruk bagi udang. Tidak lama setelah pengaplikasi probiotik terjadi perubahan kualitas air yang drastic yakni pada kandungan oksigen terlarut, kondisi oksigen terlarut turun atau drop hingga ke titik kritis yakni menjadi 1 – 2 ppm, kondisi ini membuat kematian massal tiba-tiba pada udang dikolam, prediksi awal yang kita peroleh adalah adanya penambah bakteri juga akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut, hal ini membuat terjadi perebutan oksigen antara udang dan bakteri terutama pada malam hari, dan akhirnya membuat kandungan oksigen terlarut dalam air kolam turun drastis.
Demikian evaluasi awal yang dapat dilakukan, dari hasil tersebut kita masih perlu melakukan penelitian lebih lanjut terutama terkait pemberian optimum probiotik dan juga kandungan pakan buatan yang diberikan, hal ini dikarenakan banyak pakan yang terbuang didasar dan menumpuk, dikarenakan pemanfaatan bakteri probiotik dapat dimanfaat juga langsung oleh udang sebagai sumber pakan. Penumpukan pakan ini membuat kita harus sering mengontrol kondisi dasar kolam dengan melakukan penyifonan secara berkala.
Terimakasih semoga bermanfaat….
Kontributor Destilawaty, M.Si (Widyaiswara Muda BPPMPV KPTK)