Sistem Informasi Geografis untuk budidaya Ikan Kerapu (Serranidae: Epinephelus spp.)
Kontributor: Dr. Al Azhar (Widyaiswara LPPPTK KPTK)
Diterbitkan: 20 Maret 2020; Update Terakhir: 20 Maret 2020
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem komputer yang digunakan untuk mengolah data berbasis spasial atau keruangan, hasil yang diperoleh dapat ditampilkan dalam bentuk peta disertai atributnya. Kelebihan SIG jika dibandingkan dengan sistem pengolahan data dasar yang lain adalah kemampuannya untuk menyajikan informasi spasial maupun non-spasial secara bersama-sama dalam bentuk vektor, raster atau tabular. SIG dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu. Salah satu peran penting SIG pada sektor perikanan yaitu penentuan lokasi budidaya ikan di laut.
Sistem budidaya laut dalam wadah yang mengapung dengan bantuan pelampung, dikenal dengan nama keramba jaring apung (KJA). Komoditas yang biasa dibudidayakan adalah ikan Kerapu (Serranidae: Epinephelus spp.) (Effendi 2004). Lokasi yang baik untuk KJA adalah di teluk dan goba/laguna. Kedua lokasi tersebut sangat tepat karena dapat melindungi ikan budidaya dan KJA dari badai dan gelombang besar, yang dapat merusak konstruksi keramba, membuat ikan stress, dan mengganggu pertumbuhan ikan. Selain itu, lokasi budidaya harus jauh dan bebas dari limbah pencemaran, baik yang berasal dari industri, pertanian, atau rumah tangga.
Pemilihan lokasi yang sesuai untuk KJA dilakukan dengan analisis SIG, melalui identifikasi parameter lingkungan hidup ikan kerapu, pembobotan dan skoring parameter lingkungan, dan tahapan tumpang susun (overlay) peta-peta tematik pada masing-masing parameter lingkungan yang ditentukan.
Identifikasi Parameter Lingkungan Budidaya Ikan Kerapu
Parameter lingkungan sebagai syarat hidup ikan kerapu adalah;
- Kedalaman perairan, menurut Sunaryanto et al. (2001) kedalaman perairan yang disyaratkan adalah 7 m – 15 m dari surut terendah.
- Substrat dasar perairan, dasar perairan yang berlumpur kurang baik untuk KJA, sebab bila terjadi gerakan air baik oleh arus maupun gelombang akan membawa lumpur ke permukaan yang akan menimbulkan kekeruhan sehingga penetrasi sinar matahari menjadi berkurang.
- Kecepatan arus, arus air sangat membantu pertukaran air dalam keramba, membersihkan timbunan sisa-sisa metabolisme ikan, dan membawa oksigen terlarut yang sangat dibutuhkan ikan.
- Suhu, menurut Mayunar et al. (1995) dan Sunaryanto et al. (2001) menyebutkan suhu air yang baik dan layak untuk budidaya ikan laut adalah 27o – 32oC. Suhu perairan sangat penting di dalam mempengaruhi pertumbuhan ikan budidaya.
- Kecerahan perairan yang tinggi akan sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya kerapu.
- Pasang surut, Perbedaan pasang naik dan pasang surut sebaiknya kurang dari 100 cm (Mayunar et al. 1995)
- pH, Nilai pH optimum untuk pertumbuhan kerapu antara 7,9 – 8,2. Kondisi perairan yang cenderung asam akan menghambat pertumbuhan ikan laut.
- Salinitas, ikan kerapu menyenangi air laut berkadar garam 30 – 33o/oo (Akbar 2001)
- Oksigen terlarut, Kandungan oksigen terlarut (DO) untuk menunjang usaha budidaya adalah 5 – 8 ppm (Mayunar et al. 1995 dan Akbar 2001)
- Keterlindungan, keterlindungan lokasi dapat dilihat secara visual dari peta atau data citra satelit yaitu relatif dikelilingi oleh penghalang berupa pulau atau berupa teluk. Parameter, metode dan alat pengukuran parameter lingkungan disajikan pada Table 1 berikut ini.
Tabel 1. Parameter, Metode dan Alat Ukur
No. |
Parameter |
Metode |
Alat |
1 |
Suhu (oC) |
Insitu/penginderaan jauh |
Thermometer/ Citra Satelit |
2 |
Salinitas (o/oo) |
insitu |
Hand-refractometer |
3 |
Kecepatan (m/s) dan arah arus (oU) |
Insitu/marine.copernicus |
Layang-layang arus |
4 |
Substrat |
Insitu/penginderaan jauh |
Grab sampler/ Citra Satelit |
5 |
Keterlindungan |
Insitu/penginderaan jauh |
Visual/Citra Satelit |
6 |
Kecerahan (% dan m) |
insitu |
Sechi disk |
7 |
Kedalaman (m) |
Insitu/penginderaan jauh |
Tali dan peta LPI |
8 |
Derajat keasaman / pH |
Insitu |
pH meter |
9 |
DO (mg/l) |
Insitu |
DO meter |
10 |
Posisi koordinat |
Insitu |
GPS Garmin |
Pembobotan dan Skoring Parameter Lingkungan
Penyusunan basis data, baik data spasial maupun data atribut, merupakan salah satu tahapan dalam SIG. Data yang berbentuk peta analog dikonversi ke bentuk digital melalui proses digitasi. Untuk jenis data tabular dikompilasikan dengan perangkat lunak Microsoft excel. Setelah basis data terbentuk, dilakukan operasi penggabungan (union) atau tumpang susun (overlay operations) dengan software ArcGis, terhadap parameter-parameter kesesuaian budidaya kerapu dengan KJA. Dalam analisisnya, perlu mempertimbangkan peranan dan bobot pengaruh masing-masing parameter terhadap keberhasilan usaha budidaya. Ada parameter yang sangat berpengaruh, tetapi ada juga yang kurang berpengaruh. Dalam kondisi ini, pemberian bobot yang berbeda sesuai dengan derajat kepentingannya atau berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang sangat mempengaruhi hasil akhir dari analisis ini dan hasilnya diharapkan lebih mendekatkan pada kondisi sebenarnya. Pembobotan dan skoring parameter lingkungan budidaya ikan kerapu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Parameter Lingkungan dengan Bobot dan Skor
No |
Parameter |
Bobot |
S1 |
S2 |
S3 |
|||
Kelas |
Skor |
Kelas |
Skor |
Kelas |
Skor |
|||
1 |
Keterlindungan |
25 |
Sangat terlindung |
5 |
terlindung |
3 |
terbuka |
1 |
2 |
Kecepatan arus (m/s) |
25 |
0,2 - 0,3 |
5 |
0,1 - <0,2 atau >0,3 - 0,4 |
3 |
<0,1 atau >0,4 |
1 |
3 |
Kedalaman (m) |
15 |
15 - 25 |
5 |
6 - <15 atau >25 - 40 |
3 |
<6 atau >40 |
1 |
4 |
Substrat |
15 |
Pasir berkarang |
5 |
Pasir berlumpur |
3 |
lumpur |
1 |
5 |
Kecerahan (%) |
10 |
85 - 100 |
5 |
70 - <85 |
3 |
<70 |
1 |
6 |
Salinitas (o/oo) |
10 |
30 - 33 |
5 |
29 atau >33 - 35 |
3 |
<29 atau >35 |
1 |
7 |
Suhu (oC) |
10 |
27 - 30 |
5 |
24 - <27 atau >30 - 34 |
3 |
<24 atau >34 |
1 |
8 |
Oksigen terlarut (mg/l) |
10 |
7 - 8 |
5 |
5 - <7 atau >8 - 10 |
3 |
<5 atau >10 |
1 |
9 |
pH |
10 |
7,5 - 8 |
5 |
7 - <7,5 atau >8 - 8,5 |
3 |
<7 atau >8,5 |
1 |
Total Bobot x Score |
650 |
390 |
130 |
Penentuan Kelas Kesesuaian
Operasi tumpang susun dimulai dari layer yang paling penting ke yang kurang penting sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan. Untuk data tabular, indeks analisis kesesuaian kawasan budidaya kerapu dengan KJA diperoleh dari nilai total bobot kali skor untuk 9 parameter di bawah. Dari nilai indeks ini maka dapat diperoleh tabel kesesuaian dengan kriteria Sangat sesuai (S1), Cukup sesuai (S2), dan Tidak sesuai (S3). Kelas kesesuaian dari parameter lingkungan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut,
Tabel 3. Kelas kesesuaian dan paramater lingkungan
No |
Analisis kesesuaian |
Kriteria |
Kelas |
1 |
Sangat sesuai (S1) |
>80% |
>520 - 650 |
2 |
Cukup sesuai (S2) |
40% – 80% |
260 - 520 |
3 |
Tidak sesuai (S3) |
<40% |
130 - <260 |
---
Gambar Thumbnail: Epinephelus polyphekadion by Richard Ling (CC Wikimedia)