TAMAN: Program Pelatihan Guru dan Kepala Sekolah Kejuruan Berprestasi di New Zealand

TAMAN (“Garden”) merupakan Program Pelatihan untuk Pendidik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan bekerjasama dengan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri dan Pemerintah New Zealand melalui Auckland University of Technology. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 16 oktober s.d 3 November 2017. Peserta pelatihan ini merupakan guru dan kepala sekolah berprestasi perwakilan seluruh Indonesia dan perwakilan widyaiswara PPPPTK dan LPPPTK sebanyak 46 orang.  Bertempat di Auckland University of Technology.

 

Program ini dilatar belakangi oleh Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia. Salah satu tujuan dari pelatihan ini diantaranya meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui program pelatihan guru SMK terutama di bidang maritim, agrikultur, ekonomi kreatif, energi terbarukan, otomotif, industri pariwisata, desain, dan perawatan kecantikan.

TAMAN dalam arti kebun memiliki makna kondisi tempat pendidikan vokasional yang kita miliki dan yang ada di New Zealand. Pendidikan sama seperti kebun, kebun memberikan pertumbuhan dan bekal untuk hidup. Oleh karena itu tujuan dari kegiatan pelatihan ini diantaranya adalah:

  • Memahami bagaimana pendidikan vokasional di New Zealand dan perbandingan dengan pendekatan pendidikan vokasional di Indonesia, terutama untuk bidang-bidang maritim, agrikultur, animasi, industri perhotelan;
  • Mengenal kultur dan budaya serta kehidupan sehari-hari di New Zealand terutama dalam bidang pendidikan;
  • Menjalin kerjasama (Networking) dan komunikasi antara beberapa pihak di New Zealand dan pendidik Indonesia; dan
  • Memberikan pengetahuan atau hasil yang didapat dari pelatihan kepada sebanyak-banyaknya rekan guru lain yang ada di sekolah, sehingga perlahan dapat memberikan dampak bagi pendidikan vokasional Indonesia.

New Zealand atau Selandia Baru adalah negara yang terletak di bagian tenggara Indonesia atau bagian selatan Negara Australia, sebagai negara yang cukup jauh dan sering dinamai dengan “under the down under”, karena berada di bawah benua Australia. Namun demikian menurut Dubes Selandia Baru Bapak Tantowi Yahya “Selandia Baru termasuk negara yang sudah maju dan dikenal sebagai negara yang memiliki keunggulan di bidang pendidikan kejuruan dari sekolah menengah atas, diploma hingga tingkat doktoral yang dirancang telah terhubung dengan dunia kerja atau Industry,” lewat keterangan tertulisnya, Kamis (9/11/17).

New Zealand merupakan negara kepulauan, terbagi menjadi dua pulau, yaitu pulau utara dan selatan, kota besar mereka hanya ada empat, yaitu Wellington (yang merupakan Ibu Kota dan Pusat Pemerintahan) dan Auckland di pulau utara, kemudian Christchurch dan Dunedin di pulau selatan. Data terakhir menunjukkan populasi di negara ini sekitar 4,8 juta orang (2016) dengan luas wilayah 268,680 km2, tentunya masih sangat jarang jika dibandingkan dengan Indonesia, dan negara ini terkenal sebagai negara penghasil daging sapi dan domba serta susu terbesar di dunia, perbandingan jumlah manusia dan domba di New Zealand adalah 1 : 20.

Negara ini juga dikenal dengan sebutan "Slice of Paradise" karena keindahan alamnya yang sangat cantik dan masih asli serta udaranya yang sangat sejuk. Keindahan dan masih terjaganya panorama alam di negara ini, banyak film keren yang dibikin disini diantaranya, 10.000 BC, Anacondas: The Hunt of Blood Orchid, Avatar, The Chronicles of Narnia: Prince Caspian, , The Hobbit, King Kong, The Last Samurai, The Lord of The Rings Trilogy.

Pendidikan vokasional di New Zealand sudah ada sejak tahun 1874, dimulai dengan sekolah industri yang diperuntukkan untuk masyarakat miskin dan terlantar, kemudian terus berkembang pada tahun 1902 – 1980s menjadi sekolah tinggi teknik dan kemudian muncul banyak sekolah serupa dari inisiatif masyarakat sekolah, dan pada tahun 2013 resmi pemerintah New Zealand melaunching model pendidikan “Vocational Pathway”. 

Vocational Pathways adalah sebuah kerangka kerja untuk memandu para siswa melalui pendidikan hingga bekerja (mendapatkan pekerjaan), dengan cara memperlihatkan kepada mereka bagaimana pembelajaran yang relevan dan bagaimana hal tersebut dapat membantu dalam mendapatkan kesempatan bekerja di masa depan.

Vocational Pathways membantu siswa untuk menemukan keahlian apa yang mereka butuhkan untuk mendapatkan pekerjaan/karir yang mereka sukai. Konsep ini membantu pendidik, keluarga, dan industri bekerja bersama dengan siswa, sehingga siswa dapat membangun keahlian dan bakat mereka sendiri untuk menemukan pekerjaan yang mereka inginkan. Ada 6 (enam) bidang Vocational Pathways yang dikembangkan di New Zealand, yakni diantaranya:

  1. Industri Primer (Primary industry)
  2. Industri kreatif (Creative industry)
  3. Industri layanan (Service industry)
  4. Layanan sosial dan masyarakat (Social community service)
  5. Manufaktur dan Teknologi (Manufacture and Teknology)
  6. Konstruksi dan bangunan (Construction and infrastructure)

 

Melalui program pendidikan vocational pathway memberikan peluang dan tantangan bagi siswa dari semua bidang pembelajaran untuk mendapatkan NCEA (New Zealand's National Certificates of Educational Achievement). NCEA adalah kualifikasi nasional untuk pencapaian siswa sekolah menengah. NCEA dan sertifikat nasional lainnya diakui oleh perusahaan/ industri dan digunakan sebagai tolok ukur untuk seleksi oleh universitas dan politeknik. NCEA level 2 memberikan keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk pekerjaan.

Selain mempelajari model pendidikan vocational pathway di New Zealand, program ini juga memberikan pelatihan kepada guru, kepala sekolah dan juga fasilitator (widyaiswara) tentang pedagogik dan kepemimpinan. Beberapa konsep pedagogik yang dikembangkan adalah inquiry thinking (pemikiran penggalian), literasi, numerasi, strategi pengajaran (modelling, telling, explaining, directing, Authentic learning, scaffolding, questioning/ prompting, active learning, giving feedback,). Melalui pelatihan tersebut peserta juga dapat mempelajari dan melihat praktek bagaimana untuk menjadi guru pendidikan vokasional yang baik, diantaranya guru harus mempunyai dedikasi dan kegairahan pada bidangnya, fasilitator yang baik, kominikator yang baik, motivator dan pemimpin, kreatif dan penyelesai masalah, saling menghormati, pembelajar terus-menerus, kompeten di ilmunya dan metode pengajaran, serta menjadi pendengar yang baik. Hasil pelatihan ini diharapkan tujuannya dapat menghasilkan benih (siswa didik) yang baik bagi taman di Indonesia saat pulang ke sekolah masing-masing, melalui informasi dan treatments (perlakukan) yang diperoleh selama pelatihan.

 

Ditulis oleh: Destilawaty
Penulis adalah salah seorang staf LPPPTK KPTK yang bertugas mendampingi peserta kegiatan dalam tulisan ini.